BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi sebagai bagian terpenting dari kehidupan manusia telah ditelaah sejak berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun yang lalu. Namun karena komunikasi kebanyakan diajarkan pada instansi-instansi formal, misalnya sekolah, sehingga tidak semua orang dapat menguasainya.
Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk peristiwa komunikasi dalam masyarakat. Menurut Scrhamm (1974), diantara manusia yang saling bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Demikian pula menurut Merill dan Lownstein (1971), bahwa dalam pergaulan antarmanusia sellau terjadi proses penyesuaian pikiran, penciptaan simbol yang mengandung suatu pengertian bersama. Theodorson (1969) selanjutnya mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada saru orang atau sekelopmpok lainnya. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu.
B. Rumusan Masalah
Karena mengingat betapa luasnya pembahasan study ilmu komunikasi maka kami memberi batasan yang akan kami buat, yaitu ‘Teori Komunikasi Antarpribadi dan Relationship’.
C. Tujuan
Buku ini tidak mengajarkan menghafal istilah-istilah keren, melainkan diharapkan dapat mempermudah kita dalam berhubungan dengan orang lain. Namun tentunya sesudah membaca seharusnya dipraktikkan dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu.[1] Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang hanya dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal ataupun nonverbal, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Dedy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
· Peserta komunikasi berada dalam jarak dekat
· Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat mengguankan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatatp muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih pun.
Jalalludin rahmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.
· Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seorang komunikan yang berupa pesan nverbal maupun nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegaglan komunikasi.
· Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang siri kita sendiri. Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuyan mengatasi masalah
b. Merasa setara dengan orang lain
c. Menerima pujian tanpa rasa malu
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
1. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadriri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari mata kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
2. membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat dengan kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3. percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri . untuk menumbuhkan rasa percaya diri, menumbuhkan konswep diri yang sehat menjadi perlu.
4. selektifitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif). Dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).
· Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi dalam hal:
1. penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat semua hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
2. efektifitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan orang-orang yang kita benci, akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
· Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkap dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in interpersonal communication, menyatakan bahwa ‘Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan raional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.’
Lebih jauh, Jalaludin rahmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka.
B. Komunikasi antarpribadi
Menurut Devito (1976), komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik langsung. Sedangkan menurut Tan (1981), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang lebih. Adapun karakteristik antarpribadi:
· Terjadi dimana saja dan kapan saja
· Proses berkesinambungan
· Mempunyai tujuan tertentu
· Mengahsilkan hubungan yang timbal balik
· Merupakan sesuatu yang dipelajari
Komunikasi antarpribadi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan.
1. fungsi sosial
· untuk kebutuhan biologis dan psikologis
· untuk memenuhi kebutuhan sosial
· mengembangkan hubungan timbal balik
· untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
· menangani konflik
1. fungsi keputusan
· manusia berkomunikasi untuk berbagi informasi
· manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
C. Teori Relationship
Komunikasi antarpribadi terjadi dalam dua kelompok kecil, besar, organisasi, maupu massa. Pengertian relationship disini lebih luas daripada sekedar interaksi. Relationship adalah interaksi antara dua orang yang disadari dan melibatkan persepsi yang kita miliki satu terhadap yang lain. Ada dua macam teori relationship, yaitu teori komunikasi yang pragmatis dan teori persepsi antarpribadi.
1. Teori komunikasi yang pragmatis
Antara tahun 1950-1960an, seorang antropolog, Gregory Bateson mengumpulkan suatu kelompok peneliti di institut Penelitian Mental di Palo Alto, California. Himpunan ini melakukan study tentang hubugan antarpribadi, mereka kemudian membentuk suatu asosiasi informal yang disebut kelompok Palo Alto.
Kelompok palo Alto tidak tertarik terhadap penelitian perilaku, jika dibandingkan dengan penelitian hubungan interaksi antarpribadi. Menurut kelompok Palo Alto yang harus dipertanykan adalah, apa sebab dan bagaimana orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lain? Mereka memandang yang penting dalam interaksi adalah sumber, pesan, saluran, dan penerima.
Mereka menolak paradigma ‘eksperimen’ dalam komunikasi yang mengutamkan hubungan antarvariable bagi komunikator. Mereka tidak melihat manfaat variable bebas dan tidak bebas dalam hubungan tersebut. Mereka berpendapat bahwa hubungan antarpribadi merupakan hubungan timbal balik dalam suatu sistem yang dipadu oleh aturan-aturan tertentu. Hubungan tersebut berkembang sehingga timbul pengulangan pola-pola interaksi yang disfungsional yang dapat diidentifikasikan atau malah dapat diganti.
Asumsi dasar dari teori ini adalah pertukaran pesan yang komunikatif bukan terletak pada individu melainkan pada unsur-unsur perilaku komunikasi yang dilakukan mereka. Unsur-unsur perilaku tersebut diantaranya adalah mimik, gerak-gerik, tekanan suara, dan ekspresi suara. Berdasarkan asumsi komunikasi antarpribadi, terlihat pada suatu sekuen tingkah laku yang tersusun dalam satu sistem, siklus, dan episode. Tindakan komunikasi dari suatu sebab dan menghasilkan suatu akibat yang erada dalam suatu sistem.
Ada lima aksioma (suatu kebiasaan umum atau hal yang tidak perlu dibuktikan dengan sesuatu yang ilmiah, namun dapat dipastikan kebenarannya) dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
· Orang TIDAK dapat berkomunikasi
· Setiap komunikasi antarpribadi menghasilkan sesuatu kesenangan dalam berelasi timbal balik, sehingga disebut METAKOMUNIKASI (suatu tanggapan, umpan balik segera yang terjadi secara serempak dalam komunikasi antarpribadi).
· Memahami komunikasi antarpribadi hendaklah dalam konteks relationship dan terletak pada suatu sekuen interaksi
· Setiap komunikasi antarpribadi menggunakan sistem kode informasi yang bersifat digital (kode-kode informasi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang terpisah satu sama lain – verbal/langsung) dan analogis (kode-kode informasi satu sama lainnya berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan – nonverbal/gerak-gerik, mimik, dan lain-lain)
· Setiap komunikasi antarpribadi mencerminkan interaksi yang bersifat simetris (sejajar, searah, dan saling mengembangkan satu sama lain) dan komplementer. Sifat simetris terjadi jika membina, mengembangkan karakteristik-karakteristik peserta yang sama. Sedangkan sifat komplementer terjadi saat komunikasi antarpribadi bertujuan untuk saling melengkapi karakteristik-karakteristik peserta komunikasi yang berbeda.
Contoh aplikasi teori komunikasi yang pragmatis:
Seorang anak yang sejak kecil diajarkan kata-kata Mama dan Papa, pertama-tama ia akan menghubungkan kata-kata yang diucapkan dengan obyek, atau manusia macam mana yang disebut Mama dan Papa. Sang anak mulai mempelajari perilaku pesan yang verbal dengan memanggil dan menyebut Mama dan Papa. Dia memanggil nama Mama dengan suara yang lebih lembut daripada memnggil nama Papa. Dia melihat Papa berkumis dan berjenggot artinya adalah Papa seorang pria. Mama berambut panjang dan terurai berarti Mama adalah seorang wanita. Kemudian sang anak mempelajari pesan yang nonverbal dengan mempelajari perilaku sehari-hari Mama dan Papanya. Dari perilaku tersebut sang anak dapat membedakan gender antara Mama dan Papanya melalui aktifitas dan kebiasaannya sehari-hari.
1. Teori persepsi antarpribadi
Seorang ahli lainnya yang berpengaruh dalam pandangan tentang relasi dalam komunikasi antarpribadi adalah R.D. Laing, dia menulis sebagian pendapatnya tentang proses dan persepsi dalam komunikasi.
Asumsi teori ini adalah perilaku komunikatif seseorang sebagian besar dibentuk oleh persepsi (pengalaman) ketika ia berinteraksi dengan komunikator yang lain. Laing menggunakan pendekatan fenomenologis untuk mempelajari keberadaan manusia melalui analisis terhadap pengalaman manusia maupun kenyataan hidup sebagai suatu pengalaman individu.
Laing membedakan antar pengalaman dan perilaku. Perilaku adalah suatu tindakan terhadap orang lain yang bisa diamati, karena itu perilaku bersifat umum, ekstrinsik, dan keluar. Sedangkan pengalaman adalah perasaan yang mengiringi perilaku atau persepsi terhadap perilaku orang lain. Pengalaman terdiri dari imajinasi, persepsi, dan memori. Perbedaan antara pengalaman dengan perilaku adalah bahwa pengalaman tidak dapat diamati oleh orang lain.
Perilaku yang ditujukan kepada orang lain merupakan fungsi dari dua pengalaman yang berkaitan, yaitu pengalaman yang dipelajari dari orang lain dan pengalaman dalam berelasi.
Tesisnya yang pertama adalah perilaku komunikatif dapat diperluas bentuknya oleh pengalaman atau persepsi, hanya karena ia berhubungan dengan seorang komunikan. Jadi seorang komunikator berhubungan dengan komunikan dalam dua tingkat pengalaman dan persepsi komunikan, yaitu perspektif langsung dan metaperspektif.
Perspektif langsung merupakan persepsi yang aktual tentang perilaku orang lain atau pengalaman orang tersebut dengan individu yang lain dengan perspektif yang lain. Sedangkan metaperspektif adalah pengalaman seorang komunikator atau upayanya untuk menyimpulkan apa yang sedang dirasakan orang lain, yang diterimanya, atau yang dipikirkannya. Dengan kata lain, metaperspektif adalah hal yang membayangkan tentang persepsi orang lain.
Contoh aplikasi teori persepsi antarpribadi:
Parni hidup dalam suasana dan lingkungan budaya Jawa, kebiasaan komunikasi tatap muka dilaksanakan tanpa harus saling menatap wajah secara langsung tetapi hanya melalui jarak fisik yang teratur. Aturan Jawa, mereka yang berusia lebih muda tidak boleh menatap wajah secara langsung kepada yang berusia lebih tua dan volume suara pun harus lebih kecil dan halus, serta bahasa yang digunakan harus bahasa yang halus untuk strata atas.
Kebalikannya, Tiur, yang dibesarkan dalam suku Batak, harus terbiasa menggunakan suara yang keras dan tegas. Ketika berkomunikasi tatap muka, mata harus memandang lawan bicara karena menganggap itulah sikap sopan. Gerak-gerik fasial sangat dianjurkan untuk menegaskan pesan.
Parni dan Tiur berteman sejak lima tahun yang lalu. Ketika Parni dan Tiur saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak ditemukan satu kesulitan pun dalam berinteraksi. Karena satu sama lainnya sudah saling mengenal karakteristik yang mendasari mereka satu sama lain. Persepsi masing-masing mengenai lawan bicara mereka sudah terbentuk karena pengalaman interaksi mereka yang sudah cukup lama.
Laing menjelaskan bahwa tindakan seorang komunikator lebih didasari oleh harapan. Lebih jauh lagi dia berpendapat juga, seiap tindakan komunikator dikatakan berhasil jika dia berhasil mempersepsi orang lain. Apalagi kalau dia dapat membayangkan persepsi orang lain terhadap suatu objek atau kejadian. Jika komunikator dan komunikan dapat menyamakan bentuk persepsi mereka maka itu merupakan hasil komunikasi antarpribadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang melibatkan hanya dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
Relationship adalah interaksi antara dua orang yang disadari dan melibatkan persepsi yang mereka miliki satu terhadap orang lain sehingga dapat mencapai kesefahaman.
DAFTAR PUSTAKA
Dedy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rahmat, 1994, Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Little John, 1999, Theories of Human Commubication. Belmot, California: Wadsworth Publishing Company.
Sendjaja. S. Djuarsa, 1994, Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar