Senin, 09 Mei 2011

TV dan TV kabel

TV dan TV KABEL

1.      Pengertian Tv dan Tv Kabel
Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia'televisi'secaratidakformaldisebutdenganTV,tivi,teveatautipi.Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun.
Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.

Televisi kabel atau cable television adalah sistem penyiaran acara televisi lewat sinyal frekuensi radio yang ditransmisikan melalui serat optik yang tetap atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap tena (over-the-air). Selain acara televisi, acara radio FM, internet, dan telepon juga dapat disampaikan lewat kabel.
Sistem ini banyak dijumpai di Eropa, Amerika Utara, Asia Timur, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Televisi kabel kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak penerima digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi kabel modern sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih banyak saluran televisi daripada sistem analog.

2.      Sejarah TV dan TV Kabel
Pada tahun 1950-an, terdapat empat buah jaringan televisi di Amerika Serikat (AS). Karena frekuensi dibagikan kepada televisi, sinyal hanya bisa diterima di dalam garis penglihatan (line of sight) dari antena penerima. Orang-orang yang tinggal di daerah yang terpencil, terutama daerah terpencil di pegunungan, tidak dapat melihat program-program yang telah menjadi bagian penting dari kebudayaan di Amerika Serikat tersebut.
Pada tahun 1948, orang-orang yang tinggal di daerah lembah-lembah terpencil di Pennsylvania memecahkan masalah penerimaan sinyal mereka dengan menaruh antena-antena pada bukit-bukit dan membentangkan kabel sampai ke rumah-rumah mereka. Pada zaman sekarang, teknologi yang sama digunakan oleh desa-desa kecil yang terpencil dan kota-kota yang terpilih mengizinkan penonton di seluruh negara untuk mengakses varietas program yang luas dan kanal yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Pada awal 1990an, TV kabel telah mencapai hampir separuh dari rumah penduduk di Amerika Serikat.

TV Kabel lebih dulu dikenal di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Asia Timur. Namun walaupun TV kabel hadir di beberapa negara, yang paling utama adalah di Amerika Selatan dan Timur Tengah. Di Indonesia, Kabelvision merupakan operator TV kabel yang pertama.
Singkatan CATV seringkali digunakan untuk mengartikan TV Kabel. Sebenarnya CATV merupakan singkatan dari Community Antenna Television. Sementara TV kabel pertama ditemukan karena wilayah dimana penerimaan over-the-air terbatas oleh daerah pegunungan. Sehingga antena komunitas yang sangat besar dibangun, dan dibentangkan kabel dari antena tersebut menuju rumah-rumah individu.
Saat ini, sistem kabel di AS menyampaikan ratusan kanal kepada enam puluh juta rumah, sambil juga menyediakan jumlah orang yang terus bertambah dalam penggunaan akses internet berkecepatan tinggi. Beberapa sistem kabel bahkan memperbolehkan memakai panggilan telepon sambil menerima program baru teknologi.
Di AS, TV kabel sudah sangat berkembang di negara-negara bagiannya. Mayoritas penonton televisi di Amerika memperoleh sinyal mereka melalui CATV. Di Asia pun TV Kabel cukup berkembang. Di Korea Selatan contohnya, ada banyak operator TV kabel seperti Tbroad, C&M, CJ, dan lain-lain. Operator TV kabel di Korea Selatan menyediakan TPS untuk pelanggan mereka. Di Hongkong, para penonton televisi tidak hanya menonton TV kabel tetapi juga sudah menggunakan TV satelit seperti Star TV. Di India pun, TV kabel sudah sangat dikenal. Ada banyak operatornya seperti Sun TV, The Raj Television Network, dan Ortel Communications Ltd.
Kabelvision merupakan operator TV kabel pertama di Indonesia yang memulai operasinya di tahun 1995. Dalam 2006, perusahaan induknya,PT Broadband Multimedia Tbk, meluncurkan Digital1, operator TV kabel yang terbaru yang membutuhkan kotak susunan digital untuk dipasang. Sebagian dari jaringan Kabelvision akan diubah menjadi Digital 1. Pada pertengahan tahun 2007, Broadband Multimedia berganti nama menjadi First Media dan menggabungkan kedua layanan tv kabelnya ke dalam HomeCable, dengan teknologi Digital 1. Perusahaan ini dimiliki oleh Grup Lippo.

3.      Konteks Zaman Pada Saat itu

1956 - Robert Adler kelahiran Amerika Serikat bersama rekannya Eugene Polley, menemukan remote control televisi. Walaupun bukan televisinya, tetapi penemuannya menjadi sangat penting bagi teknologi televisi. Dia meninggal dalam usia 93 tahun. Penerima penghargaan Emmy tahun 1997 karena penemuannya itu mendapatkan lebih dari 180 paten Amerika selama karir 58 tahunnya. Menurut istrinya, pengendali jarak jauh televisi itu bukanlah penemuan favoritnya dan dia jarang menonton televisi.

1958 - Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan layar televisi dikemukakan oleh Dr. Glenn Brown.

1964 - Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.

1967 - James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
1968 - Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
1975 - Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.

1979 - Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.

1981 - Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.

1987 - Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995 - Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.

2000-an, masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.

2008 dan seterusnya, menyusul perkembangan televisi digital di negara-negara Amerika dan Eropa, Indonesia juga akan menerapkan sistem penyiaran Televisi digital (Digital Television/DTV) adalah jenis TV yang menggunakan Modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.

4.      Manfaat Televisi

Bagi orang dewasa:
Menonton TV bisa diumpamakan dengan makan. Kalau yang ditonton adalah materi yang baik maka akan memberikan manfaat tapi kalau yang ditonton adalah materi ‘sampah’ maka dapat membuat sakit orang yang mengkonsumsi.

Bagi anak-anak?
kalau tidak didampingi orang tua/dewasa bagaimana mereka bisa memilih materi?

Dampak-dampak menonton TV yang sering ditemukan adalah:

Dampak menonton TV terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
5.      Perkembangan Sesudahnya
Perkembangan televisi (TV) di Indonesia selama 10 tahun terakhir sampai 2005,
mengalami peningkatan yang signifikan. Terutama adanya penambahan secara
bertahap stasiun TV baru yang kini mencapai sekitar 86 stasiun tersebar di lebih
50 kota besar dan di hampir semua provinsi di Indonesia.

Jumlah itu dipastikan akan bertambah lagi, menyusul adanya 218 stasiun TV baru
lainnya yang telah mengajukan izin beroperasi. Daerah operasinya pun tersebar,
mulai di Jakarta, kota-kota besar seperti ibukota provinsi, sampai tingkat
kabupaten dan kotamadya. Itu belum termasuk TV kabel (via parabola atau sinyal
berlangganan), dan sejumlah stasiun TV Komunitas, yang jarak pancaran siarannya
terbatas di suatu area dalam satu kota saja. Dari catatan yang ada, stasiun
TV kabel tidak saja tersebar di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Malang juga di sejumlah kota di luar Pulau Jawa, antara
lain di Denpasar, Medan, Ujung Pandang, Palu, dan Manado. Sementara sebelas
stasiun TV yang telah dikenal luas saat ini dan adalah jangkauan sasaran
pemirsanya di seluruh Indonesia, antara lain TVRI, RCTI, Indosiar, TPI, Anteve,
Transtv, TV7, SCTV, MetroTV, Lativi, dan Global TV. Khusus TVRI, sebagai
televisi pemerintah, saat ini juga tidak ketinggalan terus melengkapi programnya, dengan harapan dapat tetap menjadi tolok ukur industri televisi di Indonesia. Di sisi lain, stasiun TV yang mengkhususkan diri pada siaran lokal di Jakarta, juga terus bertambah jumlahnya. Contohnya,
Channel dan Jaktv yang menonjolkan masalah perkotaan, live style dan beragam
kehidupan masyarakat urban ibukota. Kedua stasiun TV tersebut saat ini mulai
dikenal oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya, karena program acara yang
dipersembahkan sesuai mobilitas dan gaya hidup metropolitan, baik berupa
tayangan eksklusif berita, musik, dan sport, yang unik, langka, serta menarik.
Ambil contoh program siaran Jaktv yang berciri khas megapolitan dengan sasaran
pemirsanya masyarakat Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor, mendapat
sambutan hangat para pemirsa. Maraknya bisnis televisi ini menunjukkan
siaran televisi semakin mendapat sambutan dari seluruh lapisan masyarakat.
Komisaris dan Managing Director Jaktv Erick Thohir bahkan berani mengklaim,
hiburan televisi bagi masyarakat Jakarta sudah merupakan bagian hidup
sehari-hari. Itulah sebabnya siaran televisi untuk warga Jakarta dan
sekitarnya, harus terus berkembang seiring pesatnya pembangunan dan fonemena ibu
kota. Lewat siaran TV spesialis perkotaan, masyarakat setempat tidak saja
diharapkan bertambah pengetahuan, namun sekaligus membantu kehidupan warga agar
menjadi lebih spesifik, sesuai ciri khas warga kota metropolitan.
Penggemar Fanatik Televisi Indonesia juga mulai memiliki pemirsa atau
penggemar fanatik lewat program acara tertentu. Misalnya, jika melihat acara
Extravaganza yang merupakan paket komedi produksi Transtv, lalu program Who
Wants to be Millionare dan pentas musik papan atas bertajuk Indonesian Idol yang
merupakan acara eksklusif RCTI, semuanya memiliki penggemar khusus yang selalu
setia menyaksikannya, bukan saja lewat siaran televisi, namun datang langsung ke
tempat acara itu disiarkan. Demikian pula penggemar musik dangdut,
selalu setia menyaksikan Kontes Dangdut TPI (KDI) yang disiarkan oleh TPI.
Sementara SCTV lewat siaran berita Liputan 6, juga mempunyai penonton setia yang
selalu menyetel stasiun televisi itu pada saat siaran Liputan 6 itu ditayangkan.
Tentu saja penonton televisi bukan hanya orang dewasa. Anak-anak pun banyak yang
menjadi pemirsa fanatik acara televisi. Misalnya para penggemar film Spongebob
Squarepants dan Adventures Dora di Lativi, akan betah duduk di depan televisi.
Sementara bagi para remaja dan kaum muda umumnya, program TV 7 bertajuk Jejak
Petualang, merupakan acara yang selalu ditunggu-tunggu mereka. Indosiar
juga mempunyai penggemar fanatik lewat program Akademi Fantasi Indosiar.
Sementara Metro TV yang dikenal sebagai televisi spesial mengandalkan
berita-berita cepat dalam dan luar negeri, mempunyai banyak penggemar setia,
apalagi tayangan berita itu bukan hanya disampaikan dalam bahasa Indonesia,
tetapi juga Bahasa Inggris dan Mandarin. Keberadaan para
penggemar fanatik ini, jelas merupakan hal penting yang harus selalu dijaga dan
ditambah jumlahnya oleh stasiun-stasiun TV yang ada. Biar bagaimana pun,
masuknya iklan ke stasiun TV, sedikit banyak ditentukan oleh jumlah pemirsa
suatu acara yang ditayangkan. Tingginya rating atau peringkat suatu program
acara misalnya, cukup banyak dinilai berdasakan banyaknya jumlah pemirsanya.
Perusahaan-perusahaan yang ingin mempromosikan produk dan jasanya lewat iklan
TV, biasanya akan memperhatikan pula rating suatu acara. Semakin tinggi
rating-nya, semakin besar pula kemungkinan acara itu memperoleh banyak iklan.
Manajemen TV Catatan akhir tahun ini juga menyoroti manajemen stasiun TV.
Tampaknya, kini mulai ada "merger" atau penggabungan beberapa stasiun TV dalam
satu manajemen. Tujuannya, tentu saja untuk memperkuat keberadaan
stasiun-stasiun TV itu. Misalnya penggabungan tiga televisi nasional menjadi
satu grup seperti TPI, RCTI dan Global TV. Mereka kini menjadi satu
keluarga di bawah bendera MNC. Ada pula stasiun TV yang menggandeng
pemodal-pemodal besar untuk memperkuat kelancaran produksi stasiun TV tersebut.
Baik pemodal dalam negeri maupun pemodal asing. Contohnya Anteve yang
menggandeng konglomerat media massa internasional, Rupert Murdoch. Dari "taipan"
pers itu, Anteve tentu saja tidak mengharapkan kucuran dana. Di luar itu, pihak
Anteve juga boleh berharap adanya alih keterampilan dari Rupert Murdoch dan
stafnya yang terbilang sukses memasarkan media massa. Sementara itu,
berbicara mengenai maraknya kehadiran stasiun TV di Indonesia akhir-akhir ini,
Pemimpin Redaksi SCTV Rosiana Silalahi mengatakan, hal itu adalah wajar dan
menguntungkan masyarakat. Selain menambah referensi terbaru bagi masyarakat
untuk mendukung segala kebutuhan hidup lewat beragam informasi yang disajikan,
banyaknya stasiun TV itu juga membuat masyarakat memiliki alternatif untuk
memperoleh program hiburan yang diinginkan masing-masing. Khusus
untuk SCTV, Rosianna Silalahi mengatakan, "Siaran SCTV terutama terkait program
news, yang 60 - 70 persen diambil dari peristiwa atau kejadian di daerah.
Berita-berita dari daerah selama ini terbukti bukan saja menarik, tetapi banyak
juga yang eksklusif. Contoh, berita kriminal menonjol seperti peledakan bom di
Bali dan penyergapan pimpinan teroris Dr Azahari di Batu Malang, diperoleh dari
daerah. Namun menyangkut kebijakan pemerintah, memang banyak didapat di pusat
pemerintahan," kata Rosianna. Senada dengan itu, Pemimpin Redaksi Antv
Karni Ilyas mengatakan, semakin banyaknya stasiun TV baru, adalah satu bukti
bahwa pemirsa televisi tidak saja bertambah banyak, namun juga menunjukkan
tingginya penilaian kritisnya masyarakat. Informasi cepat, tepat, dan
menarik, masih menjadi dambaan pemirsa televisi. Untuk itu, bukan hal baru jika
penonton TV terus menuntut perkembangan berita-berita baru dengan penyajian
acara secara profesional. Stasiun TV yang tidak dapat memenuhi
harapan pemirsa akan ditinggalkan, dan pemirsa akan beralih ke stasiun TV baru.
Karni mengakui bahwa berita kriminal masih menjadi idola pemirsa, apalagi berita
tersebut diperoleh paling dini di lapangan. Sementara itu, Koordinator
Program Magister Manajemen dan Komunikasi Universitas Indonesia Effendi Gazali
mengatakan, perkembangan modal dan iklan televisi Indonesia menggembirakan.
Peningkatan iklan menunjukkan tingginya permintaan pasar yang otomatis memancing
modal lebih besar sampai dampak pertumbuhan atau maraknya pembangunan televisi
baru. Namun menurut Effendi, posisi TV Indonesia saat ini masih dihadapkan
persoalan yang belum terselesaikan secara maksimal, yakni UU No 32 /2002 tentang
UU Penyiaran. Sejak undang-undang itu dibuat sampai sekarang, sebagian
fungsi Departemen Komunikasi dan Informasi belum sinkron dengan fakta di
lapangan. Contohnya, soal kebebasan penyiaran atau pembatasan penayangan, masih
perlu dipecahkan lagi dengan instansi atau lembaga
terkait yang diharapkan tidak saling merugikan. Solusinya, pihak-pihak
terkait harus sepakat menyelesaikan persoalan tersebut. Kesadaran pemerintah
dalam rangka mengembalikan atau menggairahkan kemajuan televisi nasional, jangan
sampai ibarat 'maju kena mundur kena". Juga jangan harus mengurangi apalagi
menekan kebebasan pers. Di pihak lain, stasiun-stasiun TV dan seluruh insan
pers, juga dituntut kesadaran dan tanggung jawab. Agar menyajikan berita yang
objektif, seimbang, dan tidak membohongi masyarakat. Khusus untuk program siaran
hiburan, stasiun-stasiun TV juga diharapkan untuk tidak memberikan program
hiburan yang seadanya dan membuat masyarakat justru menjadi tidak terhibur.
Program hiburan yang ditayangkan, seharusnya dapat pula menambah wawasan dan
ikatan persaudaraan masyarakat Indonesia.

6.      Kesimpulan
Dari keterangan diatas kita telah mengetahui tentang positif dan negatif yang dimunculkan oleh TV dan TV kabel. Dari segi positifnya adalah sebagai salah satu kemajuan teknologi yang akan memudahkan kita untuk melakukan aktivitas tanpa mengeluarkan dana atau waktu lebih banyak lagi, tanpa harus keluar rumah kita bisa menikmati hiburan dengan menonton TV. Sedangkan dari segi negatifnya adalah ketika kita menyalahgunakan fasilitas itu, di sisi lain dengan banyaknya kita menonton TV maka tubuh kita akan semakin jarang bergerak dan itu menyebabkan penyakit kurang gerak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar